EDISI 14 || Diterbitkan Oleh : Pendidikan Al Qur’an Nitikan Yogyakarta
Kisah sahabat Nabi menuntut ilmu adalah kisah yang penuh inspirasi, menggambarkan tekad mereka yang tinggi dalam mengejar pengetahuan. Salah satu contoh terbaik adalah Abdullah bin Abbas, seorang sahabat Nabi yang dikenal karena kecerdasannya dan keinginannya yang kuat untuk belajar. Abdullah bin Abbas, tidak hanya seorang pejuang, tetapi juga seseorang yang sangat bergairah dalam memperoleh ilmu. Kisahnya menunjukkan bahwa menuntut ilmu adalah hal yang sangat penting dan harus menjadi teladan bagi generasi masa kini.
Perjalanan Abdullah bin Abbas dalam Menuntut Ilmu
Abdullah bin Abbas, yang lahir di Makkah pada tahun 619 M, mulai menuntut ilmu sejak usia sangat muda. Sejak kecil, beliau sering menginap di rumah bibinya (istri Rasulullah S.A.W) untuk mengamati dan mempelajari sunnah Rasulullah S.A.W. Salah satu kisah yang paling menginspirasi adalah ketika Abdullah ingin menyaksikan bagaimana Nabi Muhammad S.A.W melaksanakan shalat malam. Ia menginap di rumah Nabi, terjaga sepanjang malam agar tidak terlewatkan saat Nabi bangun untuk shalat. Ketika Nabi bangun, Abdullah dengan cepat menyiapkan air untuk wudhu (ablusi). Melihat perhatian dan kesigapan pemuda ini, Nabi Muhammad S.A.W terharu dan mendoakan agar Abdullah diberi ilmu yang mendalam tentang agama dan tafsir Al-Qur’an.
Saat shalat, Abdullah bin Abbas berdiri berdampingan dengan Nabi, namun kemudian merasa tidak pantas berdiri sejajar. Ia mundur sedikit, tetapi Nabi menariknya kembali untuk berdiri di sampingnya. Setelah shalat, Nabi Muhammad SAW bertanya mengapa ia mundur. Abdullah menjawab, “Wahai kekasih Allah dan manusia, tidak pantas bagi saya berdiri sejajar dengan utusan Allah. Nabi tersenyum, menenangkan hati Abdullah, dan kembali mendoakannya dengan doa yang sama.
Ketika Nabi Muhammad SAW wafat, Abdullah bin Abbas masih sangat muda dengan usia sekitar 13 tahun, tetapi ia sudah memiliki pemahaman yang dalam tentang Islam. Setelah wafatnya Nabi, Abdullah bin Abbas terus menuntut ilmu dengan mengunjungi dan belajar dari para sahabat lainnya. Ia rela berjalan jauh, bertekad untuk memperoleh ilmu dimanapun ia bisa. Dalam menuntut ilmu Abdullah bin Abbas menunjukkan semangat juang, kerendahan hati, dan ketekunan, ia rela menunggu di rumah sahabat-sahabat lain seperti Zaid bin Tsabit, bahkan tidur di depan pintu mereka. Kehausannya akan ilmu mendorongnya terus belajar seumur hidup, tidak pernah merasa puas dan selalu menggunakan akal dan lisan yang banyak bertanya untuk mendapatkan pengetahuan. Dedikasi dan komitmennya dalam memahami ajaran Islam membuatnya dikenal sebagai seorang ulama besar yang dihormati karena kebijaksanaannya.
Abdullah bin Abbas Dijuluki Samudra Ilmu
Abdullah bin Abbas bercerita, “Setelah wafatnya baginda Rasulullah SAW, aku berkata kepada seorang laki-laki Anshar bahwa baginda Nabi SAW telah meninggalkan kita, tetapi banyak sahabat yang masih ada di antara kita. Mari kita temui mereka untuk menanyakan masalah-masalah agama dan kita menghafalkannya.”
Laki-laki Anshar tersebut berkata, “Apakah orang-orang akan datang kepadamu untuk menanyakan masalah agama, sedangkan sebagian besar sahabat masih hidup?” Singkatnya, laki-laki Anshar tersebut tidak bersedia.
Abdullah bin Abbas melanjutkan ceritanya, “Aku pun terus mencari ilmu-ilmu agama. Jika aku mengetahui bahwa seseorang telah mendengar satu hadits dari baginda Rasulullah S.A.W, aku langsung mendatangi dan menanyakannya. Aku mendapatkan khazanah ilmu yang sangat banyak dari Kaum Anshar.
“Sebagian sahabat yang aku datangi, jika aku tahu dia sedang tidur, maka aku menghamparkan kain untuk duduk di samping pintu rumahnya, walaupun wajah dan tubuhku kotor oleh debu yang dihembuskan angin, aku tetap menunggu. Setelah ia bangun, aku menyampaikan apa yang hendak aku ketahui.”
Sahabat tadi berkata, “Kamu adalah sepupu baginda Rasulullah S.A.W mengapa kamu menyusahkan diri? Seharusnya kamu memanggilku saja.” Abdullah bin Abbas menjawab, “Aku sedang menuntut ilmu, jadi akulah yang lebih berhak mendatangimu.”
Sebagian sahabat yang lain bertanya, “Sejak kapan kamu duduk dan menungguku?” Abdullah bin Abbas menjawab, “Cukup lama.” Sahabat itu berkata, “Kamu telah berbuat sesuatu yang tidak layak, mengapa tidak memberitahu sebelumnya?” Abdullah bin Abbas menjawab, “Hatiku tidak ingin hajatmu tertunda karena kepentinganku.”
Abdullah bin Abbas mengatakan, “Aku terus mempelajari ilmu darinya. Hingga suatu ketika banyak orang yang belajar ilmu dariku. Laki-laki Anshar yang pernah aku ajak mencari ilmu, baru menyadari dan menyesal seraya berkata bahwa anak ini (Abdullah bin Abbas) ternyata lebih cerdas daripada kita.” (HR Darami)
Kebijaksanaan dan Kecerdasan Abdullah bin Abbas
Abdullah bin Abbas dikenal sebagai sosok yang memiliki pemikiran tajam dan berpikir kritis. Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, Abdullah bin Abbas diundang untuk menghadiri majelisnya dan sering memberikan nasihat dalam perkara penting. Pandangannya sering dijadikan acuan, menunjukkan kedalaman pemahamannya.
Suatu ketika, seseorang bertanya kepada Abdullah bin Abbas bagaimana ia memperoleh ilmu. Ia menjawab, “Dengan lidah yang gemar bertanya dan akal yang suka berpikir.” Ini menegaskan bahwa ilmu diperoleh melalui rasa ingin tahu dan pemikiran mendalam. Pelajaran ini penting bagi generasi masa kini karena mengajarkan kita bahwa ilmu tidak datang dengan sendirinya, tetapi membutuhkan usaha, pembelajaran terus-menerus, dan berpikir kritis.
Kisah Sahabat Nabi untuk Generasi Masa Kini
Kisah sahabat Nabi dalam menuntut ilmu, khususnya kisah Abdullah bin Abbas, memberikan pelajaran berharga bagi generasi masa kini:
Seperti yang ditunjukkan oleh para sahabat, ilmu harus menjadi prioritas utama dalam hidup. Ilmu bukan hanya sarana untuk meraih kesuksesan dunia, tetapi juga memandu kita menuju kehidupan yang lebih baik dan bermakna. Generasi masa kini harus menyadari bahwa ilmu sangat penting tidak hanya untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi untuk membawa perubahan positif dalam masyarakat.
Abdullah bin Abbas adalah contoh sempurna dari ketekunan dalam menuntut ilmu. Ia menunjukkan bahwa belajar tidak mengenal batas, bahkan untuk seseorang yang masih muda atau belum berpengalaman. Pemuda masa kini harus mengembangkan semangat yang tak kenal lelah untuk belajar, meskipun dihadapkan dengan tantangan.
Sepanjang hidupnya, Abdullah bin Abbas menganggap ilmu sebagai harta yang jauh lebih berharga daripada apapun. Ini mengingatkan kita untuk selalu menghargai ilmu yang kita peroleh, karena ilmu adalah aset yang tak terbatas dan terus memberikan manfaat sepanjang hidup.
Para sahabat tidak menuntut ilmu hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi demi kemajuan umat Islam secara keseluruhan. Abdullah bin Abbas menjadi rujukan bagi banyak orang yang ingin memahami agama dengan lebih dalam. Ini menunjukkan bahwa menuntut ilmu juga merupakan tanggung jawab untuk berbagi dan membangun komunitas.
Kisah para sahabat Nabi dalam menuntut ilmu, terutama kisah Abdullah bin Abbas, adalah contoh yang sangat relevan dan kuat untuk generasi masa kini. Mereka mengajarkan kita bahwa ilmu adalah kunci untuk mengubah kehidupan, memajukan komunitas, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebagai generasi masa kini, kita harus mengikuti jejak mereka dengan terus menuntut ilmu tanpa henti, bekerja keras, dan meyakini bahwa setiap ilmu yang kita peroleh adalah bentuk ibadah yang mendekatkan kita pada kebaikan di dunia dan akhirat.
Oleh : Ustadz Izh-har Karuniawan || Pengajar Aktif Pendidikan Al Qur’an Nitikan Yogyakarta || Dewan Pembina
Download Kumpulan Buletin : Di Sini (Download)
Referensi :