Edisi 04 || Diterbitkan Oleh : Pendidikan Al Qur’an Nitikan Yogyakarta
Lisan, atau perkataan, adalah sebuah karunia yang luar biasa, sekaligus tanggung jawab besar yang melekat pada setiap individu. Melalui lisan, kita bisa berbagi pengetahuan, menyebarkan kebaikan, dan memperkuat ikatan antar sesama. Namun, jika tidak digunakan dengan bijak, lisan dapat berubah menjadi senjata tajam yang melukai perasaan, memicu perpecahan, dan bahkan membuang-buang waktu yang berharga.
Dalam ranah pendidikan, pentingnya menjaga lisan dari hal-hal yang tidak berguna menjadi sangat krusial. Ini bukan hanya sekadar aturan etika dalam berkomunikasi, tetapi juga merupakan fondasi untuk membentuk kepribadian yang lebih baik. Mengendalikan lisan dari perkataan sia-sia membantu siswa dan pendidik untuk lebih fokus pada proses belajar dan menciptakan suasana yang harmonis di lingkungan sekolah. Lingkungan yang bebas dari perkataan negatif atau gosip memungkinkan setiap individu untuk berkembang secara maksimal tanpa adanya gangguan yang tidak perlu.
Dengan mempraktikkan penguasaan lisan yang baik, kita tidak hanya menunjukkan rasa hormat kepada orang lain, tetapi juga meningkatkan integritas diri. Sikap ini membantu menciptakan komunitas belajar yang saling mendukung, di mana ide-ide positif dan konstruktif bisa mengalir dengan lancar. Pada akhirnya, menjaga lisan adalah langkah fundamental menuju pembentukan karakter yang kuat dan penciptaan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan dan perkembangan seluruh warga sekolah.
Pembahasan
Perkara Sia-Sia dan Dampaknya pada Pendidikan
Perkataan sia-sia, atau laghwun, mencakup segala ucapan yang tidak bermanfaat, seperti ghibah (bergosip), namimah (mengadu domba), ucapan kotor, atau candaan berlebihan. Dalam konteks pendidikan, kebiasaan buruk ini dapat menimbulkan dampak negatif yang signifikan:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: إِذَا اغْتَابَ أَحَدُكُمْ، فَقَدْ ذَهَبَتْ بَرَكَةُ عِلْمِهِ. (Artinya: Diriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Apabila seseorang di antara kalian berghibah, maka hilanglah keberkahan ilmunya.'”)
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا الْفَاحِشِ وَلَا الْبَذِيءِ
(Artinya: “Bukanlah seorang mukmin, yang suka mencela, melaknat, berbuat keji, dan berbicara kotor.”) (HR. Tirmidzi)
Menjaga Lisan sebagai Fondasi Pendidikan Karakter
Pendidikan tidak hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga tentang pembentukan karakter. Menjaga lisan adalah salah satu pilar utama dalam membangun karakter yang kuat. Saat seseorang terbiasa berbicara bijak, ia juga terlatih untuk berpikir sebelum bertindak, mengendalikan emosi, dan menghargai orang lain. Ini adalah bentuk pendidikan moral yang sangat penting. Landasannya adalah hadis dari Abu Hurairah RA:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
(Artinya: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”) (HR. Bukhari dan Muslim)
Sebagai pendidik, menjaga lisan berarti memberikan teladan bagi siswa. Ucapan seorang guru yang berbobot dan penuh hikmah akan lebih membekas daripada ceramah panjang tanpa makna. Sementara bagi siswa, menjaga lisan adalah bentuk penghormatan kepada guru, teman, dan ilmu itu sendiri.
Solusi Praktis: Mengintegrasikan Nilai-Nilai Positif
Lalu, bagaimana cara menerapkan nilai-nilai ini dalam keseharian di lingkungan pendidikan?
مَا مِنْ شَيْءٍ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ
(Artinya: “Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin pada hari kiamat daripada akhlak yang baik.”) (HR. Tirmidzi)
Akhlak yang baik, termasuk menjaga lisan, sangat penting dalam Islam dan dapat menjadi bekal di akhirat.
Penutup
Menjaga lisan adalah investasi jangka panjang untuk kehidupan yang lebih baik, baik di dunia maupun akhirat. Dalam dunia pendidikan, ini bukan hanya soal ketaatan, tetapi juga tentang menciptakan ekosistem belajar yang sehat, beretika, dan berfokus pada tujuan mulia. Dengan melatih diri dan siswa untuk hanya mengeluarkan perkataan yang bermanfaat, kita tidak hanya menjaga lisan, tetapi juga membangun peradaban yang beradab.
==================
*Oleh: Aji Pangestu, S.H.
Aktif sebagai pengajar Pendidikan Al-Quran Nitikan Yogyakarta
==================
Daftar Pustaka