Info Kami
Rabu, 22 Okt 2025
  • Membantu Mewujudkan Generasi Qur'ani
  • Membantu Mewujudkan Generasi Qur'ani
30 September 2025

MAULID NABI: MOMENTUM CINTA DAN SYUKUR KEPADA RASULULLAH

Sel, 30 September 2025 Dibaca 87x

Kelahiran Nabi Muhammad SAW pada tahun 570 M di Makkah merupakan peristiwa penting yang menandai awal perubahan besar dalam sejarah umat manusia. Pada masa itu, masyarakat Arab hidup dalam kondisi jahiliyah yang dipenuhi dengan ketidakadilan, kebodohan, dan pertentangan antarsuku, serta maraknya penyembahan berhala.

Kehadiran Nabi Muhammad SAW membawa cahaya baru berupa ajaran tauhid, moralitas, dan kemanusiaan yang luhur. Berbagai tanda keajaiban yang menyertai kelahiran beliau semakin menegaskan kedudukannya sebagai utusan Allah SWT. Seiring perjalanan dakwahnya, Nabi Muhammad tidak hanya mengubah tatanan sosial masyarakat Arab, tetapi juga meletakkan dasar peradaban Islam yang berpengaruh luas bagi dunia. Hingga kini, kelahiran Nabi Muhammad tetap dipandang sebagai warisan abadi yang memberi inspirasi untuk membangun kehidupan yang adil, bermoral, dan berkeadaban.

Sejarah Singkat Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW lahir di Makkah pada 12 Rabiulawal 570M, bertepatan dengan Tahun Gajah, yakni tahun terjadinya penyerangan Ka’bah oleh pasukan Abrahah yang gagal menghancurkannya. Kelahiran beliau disertai dengan berbagai peristiwa luar biasa, seperti padamnya api kaum Majusi yang telah menyala selama ratusan tahun, runtuhnya sebagian istana Kisra Persia, serta turunnya hujan yang menjadikan Makkah subur. Peristiwa-peristiwa ini menjadi pertanda datangnya cahaya kebenaran dan kehancuran bagi kebatilan.

Nabi Muhammad SAW dilahirkan dari pasangan Abdullah dan Aminah. Namun, ayahnya wafat sebelum beliau lahir, sementara ibunya meninggal ketika beliau berusia enam tahun. Setelah itu, Nabi diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib, dan kemudian oleh pamannya, Abu Thalib. Bersama pamannya, Nabi belajar berdagang dan menggembala kambing. Pada usia 25 tahun, beliau menikah dengan Siti Khadijah.

Maulid sebagai Ekspresi Cinta kepada Rasulullah ﷺ

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ 

Artinya : Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imron Ayat 31).

Mencintai Rasulullah SAW merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Karena, mencintai Rasulullah SAW bagian dari keimanan dan aqidah seorang muslim. Seorang muslim belum dikatakan beriman dengan iman yang sempurna sebelum ia mencintai Rasul SAW melebihi cintanya kepada orang tuanya, istri, suaminya, anaknya, bahkan dirinya sendiri dan hartanya.

Diriwayatkan dari Sahabat ‘Abdullah bin Hisyam Radhiyallahuanhu, ia berkata: Kami mengiringi Rasulullah SAW, dan beliau menggandeng tangan ‘Umar bin Khathab Radhiyallahuanhu. Kemudian ‘Umar berkata kepada Nabi SAW: “Wahai Rasulullah, sungguh engkau sangat aku cintai melebihi apa pun selain diriku.” Maka Nabi SAW menjawab: “Tidak, demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, hingga aku sangat engkau cintai melebihi dirimu”. Lalu ‘Umar berkata kepada beliau: “Sungguh sekaranglah saatnya, demi Allah, engkau sangat aku cintai melebihi diriku.” Maka Nabi SAW bersabda: “Sekarang (engkau benar), wahai ‘Umar.” (HR. Bukhari)

Mencintai Nabi SAW pada prinsipnya harus ditujukan hanya semata-mata untuk meraih keridhaan Allah SWT. Karena boleh jadi, selama ini kita masih kurang dalam mencintai Nabi Muhammad SAW dan belum sepenuhnya dapat melaksanakan apa-apa yang diperintahkannya. Padahal, dengan mencintai Nabi Muhammad SAW, merupakan satu jalan bagi kita untuk dapat meraih ridha Allah SWT yang kemudian berujung dengan diampuninya segala dosa dan kesalahan.

Rasa Syukur atas Nikmat Terbesar: Diutusnya Nabi Muhammad ﷺ

Salah satu nikmat terbesar yang Allah anugerahkan kepada umat manusia adalah diutusnya Nabi Muhammad ﷺ sebagai Rasul terakhir. Beliau datang membawa risalah Islam yang menyempurnakan agama-agama sebelumnya dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ

Artinya: Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam (QS. Al-Anbiya: 107).

Dalam pandangan Muhammadiyah, rasa syukur atas kelahiran dan diutusnya Nabi Muhammad ﷺ diwujudkan dengan menghidupkan ajaran dan teladan beliau dalam kehidupan nyata. 

Syukur hakiki adalah menjalankan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, serta menjadikan Al-Qur’an dan sunnah sebagai pedoman utama.

Hal ini sejalan dengan Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah (MKCH) yang menegaskan bahwa:

“Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul dengan menjadikan Islam sebagai agama yang berkemajuan.”

Nabi Muhammad ﷺ telah mencontohkan akhlak mulia, kepedulian sosial, semangat menegakkan keadilan, serta ketekunan dalam ibadah. Semua itu menjadi warisan yang harus dihidupkan oleh umat Islam. 

Oleh karena itu, rasa cinta dan syukur kepada beliau seharusnya diwujudkan dalam tiga hal utama:

  • Meneladani akhlak Nabi dalam pergaulan, keluarga, dan masyarakat.
  • Mengamalkan sunnah Nabi dalam ibadah maupun muamalah.
  • Melanjutkan dakwah Nabi dengan cara yang bijak, hikmah, dan penuh kasih sayang.

Implementasi Maulid dalam Kehidupan Sehari-hari

Maulid Nabi bukan hanya mengenang kelahiran Rasulullah SAW, tetapi momentum untuk meneladani ajaran beliau dalam kehidupan nyata. Implementasi Maulid dalam sehari-hari dapat diwujudkan melalui:

  1. Menghidupkan sunnah Nabi dalam ibadah maupun perilaku sosial.
  2. Meneladani akhlak Rasulullah, seperti jujur, amanah, rendah hati, dan peduli sesama.
  3. Memperbanyak shalawat, sebagai tanda cinta kepada beliau.
  4. Menegakkan nilai dakwah dengan cara bijak, santun, dan penuh kasih sayang.

Dengan demikian, momentum Maulid Nabi sebaiknya dijadikan sarana memperkuat iman, memperbanyak amal saleh, serta memperbaiki hubungan dengan sesama manusia. Syukur kepada Allah atas nikmat terbesar ini berarti menjadikan kehidupan Rasulullah ﷺ sebagai inspirasi dalam membangun peradaban yang berkemajuan, sesuai dengan cita-cita Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.

Oleh : Tim Media & Informasi P.A.N.

Artikel ini memiliki

0 Komentar

Tinggalkan Komentar

 

Alamat kami :

Alamat :
Kompleks Pemberdayaan Masyarakat PRM Nitikan, Jl. Sorogenen No. 25, Kelurahan
Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta
Telpon :
0858 - 7669 - 5655
Provinsi :
Daerah Istimewa Yogyakart